Pameran Sunting: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan di Museum Nasional

"Janganlah urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat,"

-Siti Walidah

Halo Kawan Aksara, 

Beberapa hari lalu, aku hadir di Pameran Sunting, Jejak Perempuan Indonesia: Penggerak Perubahan di @museumnasionalindonesia. 

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional

Tadinya, kami datang ke Museum Nasional yang kerap dijuluki Museum Gajah ini karena ada patung gajah yang dipajang di halaman museum ini, untuk mengunjungi pertunjukan Imersifa di sana. 

Setelah menikmati, pertunjukan Imersifa, kami pun berkeliling museum yang ramai pengunjung dan menemukan pameran yang menarik ini. 

Pameran ini berjudul Sunting, Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan. Pameran ini berlokasi di Museum Nasional Indonesia, Gedung B lantai 1, dan terbuka untuk umum. 

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional

Pameran yang berlangsung hingga 31 Juli 2025 ini mengajak kita mengenal berbagai tokoh perempuan Indonesia yang membawa perubahan besar bagi Indonesia. Pameran ini terinspirasi oleh tokoh jurnalis perempuan pertama Indonesia, Rohana Kudus. 

Rohana Kudus yang hidup sezaman dengan Ibu Kartini adalah wartawati perempuan pertama di Indonesia. Ia mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang tahun 1911. 

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Stupa Tribuana Tunggadewi pemimpin Kerajaan Majapahit

Sambil mengajar, ia aktif menulis di surat kabar perempuan Poetri Hindia. Ketika surat kabar itu dibredel pemerintah Hindia Belanda, Rohana mendirikan surat kabar perempuan bernama Sunting Melayu. Luar biasa! 

Menariknya lagi, jejak perempuan Indonesia di dalam pameran ini dimulai dari zaman kerajaan lho dengan hadirnya stupa Tribuana Wijaya Tunggadewi di lobi paling depan pameran ini. Ia adalah perempuan pemimpin Kerajaan Majapahit yang juga ibunda Hayam Wuruk. Perannya di Kerajaan Majapahit sering terlupakan. 

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Berbagai benda pribadi peninggalan para perempuan Indonesia

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Benda-benda pribadi Ibu Profesor Saparinah Supardi

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Lukisan para jurnalis ternama Indonesia

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Buku dan penghargaan untuk Bu Kasur

Aku tertarik dengan dua instalasi seni yang terpajang di pintu keluar pameran. Instalasi pertama berupa ratusan kartu pos dipajang secara estetik. Pengunjung bisa menuliskan pesannya do kartu pos itu dan memajangnya kembali. 

Selain itu, ada semacam pajangan kain-kain putih tipis digantung di atas langit-langit museum yang ternyata adalah kutipan perkataan para tokoh perempuan Indonesia seperti Cut Nyak Dien, Yayuk Basuki hingga kutipan Ibu Siti Walidah yang ku sematkan di awal artikel ini. 

Pameran ini benar-benar menambah wawasan kita tentang para perempuan Indonesia yang berjuang di bidangnya masing-masing. Profil mereka disusun berdasarkan timeline, zaman mereka hidup. Ada profil Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu dan Dewi Sartika di zaman perjuangan. Berbagai video, foto, dokumen dan barang pribadi peninggalan mereka dipajang di pameran ini. 

Misalnya saja, ada profil Ibu Kasur yang meninggal tahun 2002, tokoh seni dan pendidikan yang dekat dengan anak-anak. Bersama suaminya Pak Kasur, ia menciptakan sekitar 150 lagu-lagu anak legendaris Indonesia seperti Bertepuk Tangan dan Kucingku. 

Ada pula profil Ibu Sariamin Ismail atau lebih dikenal dengan  nama penanya Selasih, novelis perempuan pertama di Indonesia, ada beberapa buku karangannya dipajang di rak kaca. 

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Buku-buku Ibu Selasih yang diterbitkan Balai Pustaka

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Ruang pajang yang menyimpan benda-benda peninggalan sarat makna

Pameran Sunting: Jejak, Perempuan Penggerak Perubahan di Museum Nasional
Buku-buku karya penulis perempuan Indonesia tentang tragedi 98


Salah satu bukunya adalah Kalau Tak Untung yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1934. Ia juga menulis untuk berbagai surat kabar seperti Pujangga Baru dan Panji Pustaka. Bu Sariamin juga sempat menjadi anggota DPRD Riau tahun 1947. Keren ya, sepak terjang beliau! 

Ada pula profil dan barang-barang pribadi milik Ibu almarhumah Ayu Bulantrisna Djelantik maestro dan seniman penari tari tradisional Legong yang sungguh berdedikasi dari Bali, sahabat almarhumah NH. Dini. Bu Ayu meninggal tahun 2021. 

Yang tak kalah menakjubkan, profil Marie Thomas dan Anne Warouw dokter pribumi perempuan pertama di Indonesia. Marie Thomas adalah perempuan pribumi dari Manado yang berhasil bersekolah di STOVIA (Sekolah Kedokteran Bumiputera). Ia lulus tahun 1922 dan berhasil menjadi dokter perempuan pribumi pertama di Hindia Belanda. 

Sungguh, banyak sekali perempuan Indonesia yang hebat dan berdaya, itulah yang kusimpulkan dari pameran ini. Para anak muda Indonesia harus terinspirasi untuk maju dan sukses seperti mereka. Di zaman Indonesia yang carut-marut ini jangan sampai kita kehilangan harapan. 

Jadi, para ibu dan perempuan Indonesia jangan pernah minder dan berkecil hati. Bahkan dari rumah pun kalian bisa berkarya. Semangat! 


#Sunting

#Pameranperempuan 

#MuseumNasional

Posting Komentar

0 Komentar