"Janganlah urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat,"
-Siti Walidah
Halo Kawan Aksara,
Beberapa hari lalu, aku hadir di Pameran Sunting, Jejak Perempuan Indonesia: Penggerak Perubahan di @museumnasionalindonesia.
Setelah menikmati, pertunjukan Imersifa, kami pun berkeliling museum yang ramai pengunjung dan menemukan pameran yang menarik ini.
Pameran ini berjudul Sunting, Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan. Pameran ini berlokasi di Museum Nasional Indonesia, Gedung B lantai 1, dan terbuka untuk umum.
Rohana Kudus yang hidup sezaman dengan Ibu Kartini adalah wartawati perempuan pertama di Indonesia. Ia mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang tahun 1911.
![]() |
Stupa Tribuana Tunggadewi pemimpin Kerajaan Majapahit |
Menariknya lagi, jejak perempuan Indonesia di dalam pameran ini dimulai dari zaman kerajaan lho dengan hadirnya stupa Tribuana Wijaya Tunggadewi di lobi paling depan pameran ini. Ia adalah perempuan pemimpin Kerajaan Majapahit yang juga ibunda Hayam Wuruk. Perannya di Kerajaan Majapahit sering terlupakan.
![]() |
Berbagai benda pribadi peninggalan para perempuan Indonesia |
![]() |
Benda-benda pribadi Ibu Profesor Saparinah Supardi |
![]() |
Lukisan para jurnalis ternama Indonesia |
![]() |
Buku dan penghargaan untuk Bu Kasur |
Selain itu, ada semacam pajangan kain-kain putih tipis digantung di atas langit-langit museum yang ternyata adalah kutipan perkataan para tokoh perempuan Indonesia seperti Cut Nyak Dien, Yayuk Basuki hingga kutipan Ibu Siti Walidah yang ku sematkan di awal artikel ini.
Pameran ini benar-benar menambah wawasan kita tentang para perempuan Indonesia yang berjuang di bidangnya masing-masing. Profil mereka disusun berdasarkan timeline, zaman mereka hidup. Ada profil Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu dan Dewi Sartika di zaman perjuangan. Berbagai video, foto, dokumen dan barang pribadi peninggalan mereka dipajang di pameran ini.
Misalnya saja, ada profil Ibu Kasur yang meninggal tahun 2002, tokoh seni dan pendidikan yang dekat dengan anak-anak. Bersama suaminya Pak Kasur, ia menciptakan sekitar 150 lagu-lagu anak legendaris Indonesia seperti Bertepuk Tangan dan Kucingku.
Ada pula profil Ibu Sariamin Ismail atau lebih dikenal dengan nama penanya Selasih, novelis perempuan pertama di Indonesia, ada beberapa buku karangannya dipajang di rak kaca.
![]() |
Buku-buku Ibu Selasih yang diterbitkan Balai Pustaka |
![]() |
Ruang pajang yang menyimpan benda-benda peninggalan sarat makna |
![]() |
Buku-buku karya penulis perempuan Indonesia tentang tragedi 98 |
Salah satu bukunya adalah Kalau Tak Untung yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1934. Ia juga menulis untuk berbagai surat kabar seperti Pujangga Baru dan Panji Pustaka. Bu Sariamin juga sempat menjadi anggota DPRD Riau tahun 1947. Keren ya, sepak terjang beliau!
Ada pula profil dan barang-barang pribadi milik Ibu almarhumah Ayu Bulantrisna Djelantik maestro dan seniman penari tari tradisional Legong yang sungguh berdedikasi dari Bali, sahabat almarhumah NH. Dini. Bu Ayu meninggal tahun 2021.
Yang tak kalah menakjubkan, profil Marie Thomas dan Anne Warouw dokter pribumi perempuan pertama di Indonesia. Marie Thomas adalah perempuan pribumi dari Manado yang berhasil bersekolah di STOVIA (Sekolah Kedokteran Bumiputera). Ia lulus tahun 1922 dan berhasil menjadi dokter perempuan pribumi pertama di Hindia Belanda.
Sungguh, banyak sekali perempuan Indonesia yang hebat dan berdaya, itulah yang kusimpulkan dari pameran ini. Para anak muda Indonesia harus terinspirasi untuk maju dan sukses seperti mereka. Di zaman Indonesia yang carut-marut ini jangan sampai kita kehilangan harapan.
Jadi, para ibu dan perempuan Indonesia jangan pernah minder dan berkecil hati. Bahkan dari rumah pun kalian bisa berkarya. Semangat!
#Sunting
#Pameranperempuan
#MuseumNasional
0 Komentar