Halo Kawan Aksara, kali ini aku ingin berbagi cerita tentang proses kreatif atau behind the book, pengalaman seorang penulis buku anak produktif Teh Lina Herlina yang juga anggota Tim Xcellere yang menggawangi Paberland saat menulis buku Tap Tap Tap! dan Klung Klung Klung!
Penasaran?
Teh Lina Herlina berasal dari Bandung dan kini tinggal di Sumedang. Ia aktif menulis cerita anak mulai akhir tahun 2013, saat mulai bergabung dengan Paberland. Buku-bukunya yang terbit sudah banyak lho diantaranya buku-buku Seri Aku Berakhlak Baik dan Seri Anggota Tubuh.
Kedua buku baru Teh Lina kali ini ini judulnya unik ya. Tap Tap Tap! dan Klung Klung Klung! Kalau dilihat dari sampulnya, buku ini sepertinya sama-sama bernuansa lagu. Ada tangga nada di sampulnya.
Untuk Kawan Aksara yang sudah baca bukunya, pasti tahu di dalam bukunya ada lagu-lagunya. Satu pupuh Sunda (tembang berbentuk puisi yang memiliki aturan suku kata per baris) satunya lagi nyanyian lagu Tokecang menggunakan angklung.
Kita mulai dengan buku Tap Tap Tap! ya!
Menurut Teh Lina, ide buku ini hasil bertapa di bawah pohon kencur, hehe. Ide ini didapat saat ingin mengikuti sayembara GLN tahun 2023 untuk tema kearifan lokal, sub temanya ada permainan tradisional, sastra daerah, dll.
Tema ini didapatkan Teh Lina setelah melakukan riset dan pengamatan mengenai buku yang lolos GLN. Biasanya dicari naskah berbeda, unik, dan yang belum ada sebelumnya, jadi ia mengambil cerita yang ada unsur pupuh bahasa Sunda, yang menurut Teh Lina belum ada yang menuliskannya untuk GLN.
Alur ceritanya dibawakan oleh tokoh-tokoh yang bermain egrang. Terus, biasanya buku GLN mencari cerita yang tokohnya unik atau punya karakter tertentu/tidak biasa-biasa saja maka ia pun membuat karakter tokoh difabel yang ingin bermain egrang.
Premisnya kira-kira seperti ini, Siti seorang anak difabel, menggunakan kaki palsu yang tidak bisa main egrang ingin ikut lomba permainan tradisional egrang.
Unik dan bikin penasaran, kan? Nah, kalau kamu penasaran tentang ceritanya bisa baca bukunya secara daring. Sekarang buku ini masuk ke tema Perangkulan Kebutuhan Khusus, kamu bisa baca bukunya di sini.
Apa yang ingin Teh Lina sampaikan?
Teh Lina ingin menampilkan cerita tentang perjuangan seorang tokoh ketika menginginkan sesuatu, manjadda wa jadda, jika bersungguh-sungguh akan berhasil (walaupun akhir ceritanya hanya menang di hati Abah) Selain itu ingin mengenalkan pupuh kepada para pembacanya, anak-anak Indonesia
Apa tantangannya?
Menurut Teh Lina yang juga hobi berbisnis ini, tantangan menulis cerita ini adalah bagaimana membuat pupuh yang nyambung dengan ceritanya.
Di buku ini ia membuat sendiri pupuh balakbak, yaitu pupuh yang isinya hiburan, candaan dengan guru wilang/ aturan kata 15-é 15-é 15-é (setiap baris mengandung 15 suku kata dengan diakhiri vokal é). Lumayan pusing mengotak-ngatik kata-katanya agar pas, harus mengitung satu-satu suku katanya.
Agar lebih afdol dan akurat, ia juga sempat berkonsultasi dengan Pak Dian Hendrayana, seorang dosen UPI yang peduli dengan kebudayaan Sunda.
Ada yang sudah baca, kan? Masih ingat tidak pupuhnya?
Aya budak diburuan ramé pisan, *garandéng*
Patarik tarik sorana tinggorowok, *calempréng*
Indungnamah (indungnamah) kusrang kosreng saribuk *ngagoréng
Seru, yaa!
Nah, lanjut ya kita membicarakan tentang buku kedua yang punya judul tak kalah unik dan bikin penasaran Klung Klung Klung! Sebenarnya, idenya dari mana?
Teh Lina tertarik sekali untuk mengeksplorasi tema kearifan lokal dan kedaerahan, karena asli urang Jawa Barat, maka ua memilih tema tulisan yang dirasa dekat supaya bisa menuliskannya dari hati.
Bagaimana awalnya buku ini terbit dan apa isinya?
Naskah ini pertama kali dibuat untuk event lomba PAUD, ia memadukan permainan angklung dan lagu Tokecang. Ceritanya juga sangat sederhana, tentang seorang anak yang ingin bermain angklung. Sayangnya, naskah yang sudah dalam bentuk dummy ini tidak lolos di PAUD.
Setelah tidak lolos di event PAUD itu ia menguhubungi Saung Angklung Udjo, karena latar belakang ceritanya di sana. Teh Lina mencoba menawarkan bukunya siapa tahu mau dibeli pihak Saung Udjo dan dicetak dijadikan suvenir. Sayang kan, ilustrasinya baguus.
Saat itu, ia diminta membuat proposal oleh pihak Saung Udjo. Karena mengerjakan banyak hal, ia lupa tidak mengirim proposal yang diminta malah mengirimkan ceritanya ke event Kurasi SIBI dan lolos. Setelah mentoring dan proses revisi, naskah Klung Klung Klung! ini jadi buku dan tayang di SIBI.
Menariknya, pada naskah asli Klung Klung Klung! para pemain angklungnya tidak memiliki karakter, nah di buku yang sudah terbit, mereka memiliki karakter masing-masing.
Terlihat keberagaman anak-anak Indonesia di sana. Ujang yang tadinya tidak menggunakan kursi roda, di sini menggunakan kursi roda, selain beragam karakter dari postur tubuh, warna kulit, ada juga pemain yang menggunakan alat bantu dengar. Semua ini bisa menjadi nilai tambah untuk bukunya agar lebih menarik.
Teh Lina berharap, buku ini bisa memotivasi dan bisa memberikan semangat untuk anak-anak dengan berbagai keadaan termasuk yang berkebutuhan khusus.
Kebahagiaan Terus Berlanjut
Setiap proses menjalankan apapun, pastinya ada tantangan tersendiri. Namun, tantangan tersebut bisa dikatakan duka, bisa juga bisa dikatakan tetap suka. Untuk kedua naskah ini, Teh Lina mengaku walaupun sempat ada duka karena naskahnya tidak lolos satu event, tapi akhirnya tetap membahagiakan.
Melihat buku Tap Tap Tap! yang sudah terbit apalagi dibuatkan videonya, ia senang sekali. Apalagi untuk buku Klung Klung Klung!, proyek dengan SIBI masih berlanjut hingga kini. Klung Klung Klung terpilih dari sekian banyak judul jenjang B di SIBI untuk dialih aksarakan menjadi buku braille.
Teh Lina bahagia dan tak sabar menanti bukunya akan bisa dinikmati juga oleh teman-teman tuna netra dan low vision, sekarang masih proses di SIBI, doakan semoga segera selesai, ya.
Nah itu dia, cerita proses kreatif dua buku cerita anak yang unik ini, harapan Teh Lina semoga dari sharingnya ada manfaat yang bisa diambil, menjadi motivasi dan semangat untuk kita terus berkarya dalam rangka membuat anak-anak Indonesia cerdas, berkarakter baik dan tentu saja berbahagia membaca tulisan kita. Semangat berkarya, ya!
0 Komentar