Halo Kawan Aksara,
Selamat Hari Pahlawan! Kali ini, aku ingin memperkenalkan kalian pada penulis buku, cerpenis dan esais muda asal Kota Salatiga, Jawa Tengah. Ia terlahir dengan nama Sunarti, menyematkan nama pena untuk karir penulisannya sebagai Artie Ahmad. Penulis kelahiran 21 November 1994 ini baru saja memenangkan penghargaan bergengsi HB Jassin Award 2025 kategori cerpen.
Menurut perempuan yang pernah bekerja di pabrik dan mengelola toko buku ini, ia belajar menulis secara otodidak. Awalnya, belajar menulis cerita pendek terlebih dahulu. Semuanya diawali dari kegemaran Artie membaca buku-buku cerita.
Saat ini, ia suka menulis prosa. Menulis fiksi panjang atau pendek. Ada waktu ia meluangkan menulis cerita pendek, di lain waktu ia akan menyelesaikan tulisan panjangnya. Selain menulis cerpen, Artie memang fokus menulis novel.
Hingga saat ini, Artie telah menulis 9 buku solo dan beberapa antologi. Buku-buku termasuk sebuah kumpulan cerita pendek dan sebuah novela. Buku-buku Artie diantaranya Sunyi di Dada Sumirah (Buku Mojok, 2018), Manusia-Manusia Teluk (Buku Mojok, 2020), Cinta Bodoh Harus Diakhiri (Buku Mojok, 2022), Sebuah Surau (Diva Press, 2022), Risalah Teh dan Tiga Keluarga (Falcon Publishing, 2024).
Karya-karya Artie termasuk kuat latar belakang daerah dan sarat nilai lokal, tak hanya tempelan tapi juga menyelami adat istiadat dan budaya daerah yang menjadi latar ceritanya. Karyanya mengangkat masalah sosial, budaya dan politik di masyarakat terutama kalangan perempuan. Tak heran, karyanya Sunyi di Dada Sumirah yang mengangkat kisah hidup perempuan tiga generasi banyak diteliti dalam artikel bahkan skripsi para mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Keren, ya!
Seperti yang sudah diceritakan di awal artikel, Artie menduduki Terbaik IV di ajang HB Jassin Award 2025. Artie mengaku senang saat ia memenangkan lomba itu karena pada akhirnya ia dapat berdiri di panggung Teater Taman Ismail Marzuki sebagai salah satu penulis terpilih. Sebuah prestasi gemilang untuk menutup tahun 2025 ini.
Menurut Artie, proses mengikuti perlombaan cerpen tersebut tidak ada yang terlalu istimewa. Sama saja seperti saat ia mengikuti perlombaan menulis lainnya. Untuk idenya, sebenarnya sejak tahun lalu ia ingin memfokuskan untuk menulis sebuah tema. Cerpen itulah salah satu bagian yang ia tulis.
Ketika aku tanyakan, siapa role modelnya dalam berkarya? Menurut Artie, Ini pertanyaan yang cukup sulit, karena ada beberapa penulis yang ia suka, tapi cukup bingung apakah mereka adalah role model nya dalam menulis? Dalam menulis, agaknya ia mengambil jalan 'kebebasan'. Jadi cukup sulit menjawab siapa role model Artie saat ini.
Keinginan Artie saat ini adalah ingin menulis feature, sebuah catatan perjalanan yang tak banyak ditulisnya. Selain itu, ia ingin menyelesaikan beberapa tulisan panjang lainnya. Harapan Artie, dunia kepenulisan di Indonesia selalu bertumbuh. Dunia perbukuan saat ini jauh lebih sehat dari sebelumnya. Sebuah sinyal positif bagi penulis dan insan perbukuan lainnya.
Apa pesan Artie untuk kamu yang ingin menjadi penulis?
"Jangan berhenti belajar. Menulis adalah kerja seni yg selalu membutuhkan belajar terus menerus." pungkasnya.
Terima kasih untuk semangatnya, Artie. Selamat berkarya, dan selamat untuk kemenanganmu ya!





0 Komentar