Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasih Otta! dari Paberland dan Bentang Pustaka

Halo Kawan Aksara, 

Pada hari Sabtu 16 Maret diadakan peluncuran buku anak berjudul Terima Kasih, Otta! yang diterbitkan Penerbit Bentang Pustaka berkolaborasi dengan Paberland. Peluncuran secara online di Zoom ini dihadiri sekitar 60 peserta. 


Baca Juga: Ulasan Buku Poupelle of Chimney Town


Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasih Otta dari Paberland dan Bentang Pustaka
Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasoh Otta!

Buku bergambar dengan tema senangnya berbuat baik ini adalah buku pertama dari tiga buku yang akan diterbitkan Penerbit Bentang Pustaka bersama Paberland. 

Acara yang dipandu editor Bentang yang membidani buku ini yaitu Kak Hafizh Nurul Faizah menghadirkan ketua Paberland Kak Wylvera Windayana untuk berbagi awal mulanya kolaborasi keren antara Penerbit Bentang Pustaka dan Paberland.


Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasih Otta dari Paberland dan Bentang Pustaka
Mentor Kelas Fabel Kang Iwok Abqary 

Menurut Wylvera yang akrab disapa Kak Wiwik ini, awalnya Mas Imam dari Penerbit Bentang  mengajak Paberland untuk menerbitkan tiga buku anak. 

Tawaran Kolaborasi dari Bentang Pustaka


Paberland tentu saja merasa terhormat dengan ajakan dari Bentang. Pengurus lalu menawarkan proyek ini kepada para member Paberland dengan membuka kelas khusus yaitu kelas fabel dengan mentor Kang Ali Muakhir dan Kang Iwok Abqary. 


Setelah kelas menulis selesai, baru diadakan audisi menulis naskah buku ini hingga terbitlah buku pertama Paberland di tahun 2024 ini. 


Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasih Otta dari Paberland dan Bentang Pustaka
Para penulis buku Terima Kasih Otta!

Menurut Kang Iwok Abqary yang menjadi mentor kelas menulis fabel ini, saat ditawari membuat buku unggulan bersama Penerbit Bentang, Paberland tanpa pikir panjang menerima kerjasama ini. Bentang pun tak menentukan siapa penulis Paberland untuk proyek ini. 

Baca Juga: Peluncuran Majalah PaberMagz


Akhirnya, pengurus menawarkan peluang emas ini ke member Paberland untuk mengikuti seleksi ini. Buku ini punya spesifikasi khusus yaitu picture book, fabel, dan satu cerita harus lima halaman dan harus tamat. 


Kelas Menulis Fabel yang Intens


Kriteria khusus inilah yang akhirnya mendorong Paberland membuka kelas menulis fabel. Tujuannya untuk mendapatkan naskah yang sesuai dengan kriteria Bentang. 


Untuk tiga buku, Bentang membutuhkan 30 naskah dari 30 penulis. Pengurus Paberland memutuskan jumlah peserta kelas menulis 50 orang. 


Kisah Seru Peluncuran Buku Terima Kasih Otta dari Paberland dan Bentang Pustaka
Bagian dalam buku Terima Kasih Otta! Ilustrasinya menarik 

Ternyata, kelas ini disambut antusias oleh anggota Paberland dan di hari pertama pendaftaran pesertanya saja lebih dari 70 orang. Luar biasa. 

Materi kelas fabel ini dibawakan bergantian dua orang mentor dan ada proses pendampingan saat menulis naskahnya. Kang Iwok juga mengusulkan pada para peserta untuk membaca buku seri itu agar lebih menguasai teknik penulisan naskahnya. 


Baca Juga: Bedah Buku Pemilu karya Kelingan


Proyek ini terbilang ketat jadwalnya. Bulan Desember diadakan kelas dan seleksi buku pertama, bulan Februari buku pertama harus terbit. Proses penulisan naskah buku Terima Kasih Otta! hanya 10 hari saja lho!


Proses Penerbitan Buku yang Seru


Seleksi tema pertama, naskah yang masuk adalah 30 cerita dan idenya bagus semua hingga mentor jadi bingung. Para mentor merasa kurang obyektif dalam menyeleksi naskah, akhirnya menyerahkan proses seleksi pada pihak Bentang Pustaka.


Setelah proses seleksi, para penulis yang lolos harus menghadapi proses panjang untuk menerbitkan buku. Mulai dari proses revisi dari mentor, mengganti tokoh binatang agar tokohnya bervariasi dan lainnya. Seperti Kak Dita salah satu penulis buku ini membutuhkan tiga kali ganti ide cerita hingga naskahnya diterima.


Menurut Kang Iwok, proses panjang ini agar penulis pemula paham bahwa ternyata menerbitkan buku tidak mudah, ada proses editing, revisi, bikin biodata narasi. Jadi, nggak ada tuh cerita begitu selesai menulis, selesai juga kerjaan kita sebagai penulis. Tapi, penulis tetap harus mengawal proses penerbitan buku.


Jadi, jika ada permintaan revisi dari editor, jangan tanggapi dengan tidak enak karena itu berarti masukan berharga, ada tulisan kita yang masih kurang, dan jika diperbaiki naskah kita akan lebih bagus. Ingat, ingat ya Kawan Aksara!


Penulis Pramesetya Aniendita dengan bukunya

Mengapa Menerbitkan Buku Fabel?


Kang Iwok juga menjawab pertanyaan peserta mengapa buku ini harus ditulis dalam bentuk fabel? Menurut Kang Iwok, buku ini ditujukan untuk jenjang B yaitu anak usia 9-12 tahun. Ilustrasi yang menarik, akan memancing rasa penasaran anak untuk tertarik membaca buku ini. 


Buku ini tujuannya untuk menghibur dan mendidik anak, salah satu media yang memancing anak untuk menyukai buku sejak dini adalah cerita fabel yang menyenangkan dan menarik. Jika mereka sudah suka buku akan mudah memberikan buku lain untuk mereka. Buku yang ilustrasinya menarik, akan memikat anak untuk mencintai buku. 


Saran Kang Iwok untuk para orang tua, pilihkan cerita yang sesuai untuk anak, jangan jejali anak dengan buku yang terlalu berat temanya. Jangan sampai anak antipati dengan buku. Itulah kenapa buku dibuat menarik sesuai jenjangnya agar anak suka membaca.


Pesan Kang Iwok untuk para penulis pemula,  jangan bosan berlatih, menulislah sesering mungkin, banyak baca buku yang ingin kamu tulis dan tulis tema yang kamu sukai agar lebih mudah menyampaikannya. Jika kamu ingin belajar menulis fabel, baca buku Otta ini dan pelajari ya! Terima kasih sarannya, Kang Iwok!


Behind The Story Buku Terima Kasih Otta!


Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sharing para penulis buku ini menceritakan behind the scene naskah cerita mereka yang keren. Penasaran kan?


Hadir Kak Lina Nurdiana dengan karyanya Cici Berani Membantu. Inspirasi Kak Lina datang dari keresahan karena sulit ngomong saat ingin membantu orang lain. Lewat cerita ini, ia ingin berpesan pada anak-anak, tak usah takut kalau mau membantu orang lain. Ya, membantu orang memang butuh keberanian. 


Setelah dapat ide, Ia lalu berimajinasi  dan menyesuaikan idenya dengan materi dari para mentor. Misalnya, pada halaman pertama ceritanya ia kasih gong, adegan cerita yang menarik biar pembaca penasaran.


Penulis berikutnya adalah Pramesetya Aniendita yang disapa Kak Dita. Ia menulis cerita Jeri naik kereta. Menurut Kak Dita, tantangannya dalam menulis naskah ini adalah proses revisian dengan Kang Iwok sampai tengah malam!


Cerita yang ditulisnya sederhana karena menurut mentor, buku ini harus relate dengan kehidupan anak. Idenya didapat saat Dita yang tinggal di Lampung, homesick kangen Kota Bogor. Anak-anak Dita kangen banget pengen naik KRL padahal di Bandar Lampung tidak ada KRL, jadi ide itulah yang Dita tuliskan di cerita. 


Ini buku pertama Dita, jadi ia berpikir bagaimana agar ceritanya bisa masuk buku. Jadi, ia ngebut menulis topik pertama yang dirasanya kurang saingan. 


Kak Dita mengikuti saran mentor yaitu tidak langsung menulis ide pertama yang datang. Jadi, Dita menulis tiga ide cerita dan ditolak mentor sebelum akhirnya Jeri lahir. Haha, seru ya proses penulisan Kak Dita! 


Penulis berikutnya yang berbagi kisah dalam peluncuran ini adalah Eva Refnita. Terinspirasi dari pengalaman kesulitan temannya ketika WFH karena saat di rumah anak mengajak main terus padahal sang ibu harus mengurus usahanya. 


Ia ingin menceritakan kalau ibu butuh waktu untuk mengerjakan tugasnya, dan anak bisa membantu ibu dengan menjaga adik, membereskan mainan sendiri, dll. 


Pemilihan tokohnya adalah tupai yang langka biar unik. Tokoh yang ditulisnya adalah dua tupai bersaudara yang berbeda tapi tetap saling sayang. Tantangan revisi adalah Kak Eva sedang berduka saat proses revisi dilakukan, Ibunya berpulang, Alhamdulillah, Kang Iwok sabar sekali membimbingnya, ia jadi terpacu untuk menyelesaikan naskahnya.


Terakhir, giliran Kak Wiwik berbagi behind the scene penulisan ceritanya. Judul ceritanya adalah Sayur.. Sayur..Siapa Mau Beli?


Sesuai tema bukunya yaitu berbuat baik dan ringan menolong. Kini, Kak Wiwik tinggal di Banjarmasin, kota seribu sungai. Ia ingin sekali menulis cerita tentang pasar terapung.  Di sana, ada binatang ikonik yaitu bekantan dan menjadi tokohnya. 


Tantangannya, ia deg degan saat proses seleksi karena masa pengurus Paberland tidak lolos? Hihi beban ya, Kak!


Ia berusaha mencari ide unik dan berbeda tentang pasar terapung. Menurutnya, ia kesulitan menulis cerita dengan napas pendek hanya lima halaman karena ia terbiasa menulis novel anak. Maka, Kak Wiwik membeli buku anak Penerbit Bentang untuk referensi. Kak Wiwik juga sering menggedor pintu Kang Iwok untuk mendapatkan masukan untuk ceritanya dan akhirnya ia berhasil menyelesaikan ceritanya. 


Nah, itu dia sekelumit kisah peluncuran buku Terima Kasih, Otta! Dari Penerbit Bentang Pustaka yang ilustrasi sampul buku dan isinya digambar oleh Kak Rifqah Mufidah. Oh iya, buku ini sudah terbit bulan Maret lho. Penasaran kan? Kamu bisa dapatkan bukunya di toko buku ya. Selamat membaca! 


Sumber Foto: Pramesetya Aniendita


Posting Komentar

9 Komentar

  1. Daebaaakkk!!
    Kagum banget akutuuu dengan dedikasi para member Paberland
    selalu berupaya memberikan yg terbaiikkk.
    demi buku anak yg berkualitas ciamiikkk

    baru paham kan kalo
    ada proses editing, revisi, bikin biodata narasi. tdk gampil yhaaa ternyataaa

    BalasHapus
  2. Ada cerita yang ditulis oleh Mbak Dedew kah?
    Nulis cerita anak memang sebuah challenge yaa apalagi kalau fabel. Cerita binatang gak bisa langsung ending yang menasehati, tapi juga kudu bagus isinya.

    BalasHapus
  3. Suka banget buku buku fabel ini idenya seolah gak habis-habis. Kadang temanya sederhana tapi tetap menarik. Yang dewasa aja tertarik apalagi yg anak usia pre teens gitu

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, menambah khazanah buku bacaan anak nih... Bisa menjadi bacaan yang bermanfaat juga bisa jadi koleksi di perpustakaan pribadi di rumah..

    BalasHapus
  5. Seru banget jadi pengen ikutan, dulu suka banget baca cerita anak2 sampai pernah mikir nulis cerita anak2 juga tapi gk kesampaian, baca ini jadi semangat lagi harus bikin list🤩.

    BalasHapus
  6. Aku penasaran pengen segera baca buku nya 🤩 Menarik banget. Buku fabel gini cocok buat ningkatin minat membaca anak-anak hingga remaja.
    Proses penulisa ln bukunya pun sangat seru banget ya.
    Keren banget kolaborasi Penerbit Bentang Pustaka bersama Paberland semakin menginspirasi

    BalasHapus
  7. Dulu saya suka banget baca cerita anak-anak lewat majalah Bobo sampai punya list untuk nulis cerita anak-anak tapi gk kesampaian sampai sekarang, seiring usia jadi malas padahal cerita anak-anak tuh sangat imajinatif ya kayak Sangkuriang nggak masuk akal kalau dibaca sekarang tapi waktu anak-anak sangat menarik kayaknya, ah tiba-tiba jadi pengen nulis cerita anak-anak kalau gini

    BalasHapus
  8. Menulis pendek itu tantangan sih memang. Aku aja kalo udh nulis di IG mba, seriiing banget hrs edit Krn ga cukup. Pasti kepotong. Terbiasa nulis di blog yg tanpa limit kan.

    Suka sih dengan konsepnya, fabel dan bergambar. Apalagi tujuannya supaya anak suka membaca. Krn dulu aku inget bgt, cara papa membuatku suka baca, sering beliin buku bergambar. Krn dulu papa sering business trip ke LN, jadi tiap pulang pasti bawain buku bergambar dari sana. Dan buku2 luar dulu itu bagus2, hard cover dan gambarnya menarik bgttt. Walopun ga paham ceritanya Krn BHS inggris, tapi saat melihat gambar, aku yg msh kecil langsung tertarik. Minta dibacain, sampe akhirnya bisa baca sendiri.

    Jadi memang utk awalnya, anak2 hrs ksh buku yg ringan, dan menarik buat dilihat. Supaya mereka mau baca

    BalasHapus
  9. Paberland makin keren. Makin produktif dan kreatif. Huhu aku malah menghilang dari Paberland. Makin jauh tertinggal. Main2 dan belajar lagi ah di Paberland. 😁

    BalasHapus